Kamis, 10 Oktober 2019

Metode Penelitian Prototype SDLC


Metode Penelitian Prototype SDLC


Prototyping perangkat lunak (software prototyping) atau siklus hidup menggunakan protoyping (life cycle using prototyping) adalah salah satu metode siklus hidup sistem yang didasarkan pada konsep model bekerja (working model). Tujuannya adalah mengembangkan model menjadi sistem final. Artinya sistem akan dikembangkan lebih cepat daripada metode tradisional dan biayanya menjadi lebih rendah. Ada banyak cara untuk memprotoyping, begitu pula dengan penggunaannya. Ciri khas dari metodologi ini adalah model pengembangan software yang mengijinkan pengguna/user memiliki gambaran awal tentang program yang akan dikembangkan serta melakukan pengujian awal. Model prototype juga memberi fasilitas bagi pengembangn dan user untuk saling terkait dan berinteraksi.


Kelebihan Model Prototype :

·         Pelanggan berpartisipasi aktif dalam pengembangan sistem, sehingga hasil produk pengembangan akan semakin mudah disesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan pelanggan.
·         Penentuan kebutuhan lebih mudah diwujudkan.
·         Mempersingkat waktu pengembangan produk perangkat lunak.
·         Adanya komunikasi yang baik antara pengembang dan pelanggan.
·         Pengembang dapat bekerja lebih baik dalam menentukan kebutuhan pelanggan.
·         Lebih menghemat waktu dalam pengembangan sistem.
·         Penerapan menjadi lebih mudah karena pelanggan mengetahui apa yang diharapkannya.
  • Bersifat aktif, sehingga user dapat melihat, merasakan, dan mengalami proses pengembangan.
  • Perbaikan kesalahan relative cepat.

Kekurangan Model Prototype :
·         Proses analisis dan perancangan terlalu singkat.
·         Upaya yang diinvestasikan dalam membangun prototip mungkin terlalu banyak jika tidak dipantau tepat.
·         Walaupun pemakai melihat berbagai perbaikan dari setiap versi prototype, tetapi pemakai mungkin tidak menyadari bahwa versi tersebut dibuat tanpa memperhatikan kualitas dan pemeliharaan jangka panjang.
·         Risiko analisis kebutuhan yang tidak mencukupi karena terlalu banyak ketergantungan pada Prototipe

Fase-fase garis besar pada perancangan prototype model :                   
·         Mengidentifikasi Kebutuhan Dasar
Fase ini untuk pemahaman kebutuhan dasar produk terutama dalam hal user interface. Rincian desain internal dan eksternal yang lebih rumit seperti kinerja dan keamanan dapat di abaikan pada tahap ini.
·         Develop Prototype awal
Fase ini untuk mengembangkan protype awal. dimana persyaratan yang sangat mendasar dipamerkan dan user interface selesai di buat. Fitur-fitur ini mungkin tidak bekerja dengan cara yang sama secara internal dalam perangkat lunak yang sebenarnya dikembangkan. Sementara, workarounds digunakan untuk memberikan tampilan dan nuansa yang sama kepada pelanggan dalam prototipe yang dikembangkan.
·         Review Prototype
Fase ini untuk user/client melakukan review prototype yang sudah dirancang oleh developer untuk memberikan feedback yang bertujuan untuk penyempurnaan lebih lanjut sistem/software yang sedang dikembangkan.
·         Revisi dan Penyempurnaan Prototype
fase ini untuk membahas Feedback dan review yang sudah di dapatkan di fase sebelumnya. Negosiasi antara client dan developer terjadi disini untuk menentukan waktu perancangan serta biaya untuk perubahan sistem tersebut. Perubahan sistem ini seharusnya sudah di setujui oleh ke 2 pihak (client & developer) dan siklus development pun kembali dilanjutkan sesuai dengan revisi dan client agar ekpektasi client terpenuhi.
Model Prototyping ini sangat sesuai diterapkan untuk kondisi yang beresiko tinggi di mana masalah-masalah tidak terstruktur dengan baik, terdapat fluktuasi kebutuhan pemakai yang berubah dari waktu ke waktu atau yang tidak terduga, bila interaksi dengan pemakai menjadi syarat mutlak dan waktu yang tersedia sangat terbatas sehingga butuh penyelesaian yang segera. Model ini juga dapat berjalan dengan maksimal pada situasi di mana sistem yang diharapkan adalah yang inovatif dan mutakhir sementara tahap penggunaan sistemnya relatif singkat.
Contoh Penerapan Metode Prototype
Sebuah rumah sakit ingin membuat aplikasi sistem database untuk pendataan pasiennya. Seorang atau sekelompok programmer akan melakukan identifikasi mengenai apa saja yang dibutuhkan oleh pelanggan, dan bagaimana model kerja program tersebut. Kemudian dilakukan rancangan program yang diujikan kepada pelanggan. Hasil/penilaian dari pelanggan dievaluasi, dan analisis kebutuhan pemakai kembali di lakukan.
“Apakakah perlu menggunakan prototype? Jawabannya adalah “YA”. Prototype perlu digunakan untuk pembuatan suatu proyek, karena sering terjadinya seorang pelangganyang hanya mendefinisikan secara umum apa yang dikehendakinya tanpa menyebutkan secara detal output apa saja yang dibutuhkan, pemrosesan dan data-data apa saja yang dibutuhkan. Sebaliknya disisi pengembang kurang memperhatikan efesiensi algoritma, kemampuan sistem operasi dan interface yang menghubungkan manusia dan komputer. Untuk dapat mengatasi ketidakserasian antara pelanggan dan pengembang itu , maka harus dibutuhakan suatu prototype untuk menimbulkan kerjasama yang baik diantara keduanya, sehingga pengembang akan mengetahui dengan benar apa yang diinginkan pelanggan dengan tidak mengesampingkan segi-segi teknis dan pelanggan akan mengetahui proses-proses dalm menyelasaikan system yang diinginkan. Dengan demikian akan menghasilkan sistem sesuai dengan jadwal waktu penyelesaian yang telah ditentukan.
Referensi: